Punahnya Budaya Kritis Mahasiswa - Majalah Literasi Dinamis

Breaking

Majalah Literasi Dinamis merupakan bagian dari Literasi Dinamis (LidiNews.com). Media Majalah Literasi Dinamis Membagikan informasi tentang Dunia Kampus dan Literasi.

Followers

Friday, May 1, 2020

Punahnya Budaya Kritis Mahasiswa


Punahnya Budaya Kritis Mahasiswa
Oleh : Arjuna H T M
Permasalahan yang terjadi di kalangan mahasiswa ini cenderung semakin bertambah, terutama pada aspek psikologis. Dimulai dari mengejar deadline, hingga tugas yang menumpuk.

Pada saat dosen menerangkan mata kuliah, tak jarang ada mahasiswa yang tidak memperhatikan seperti mengobrol, bermain smartphone, bahkan membaca novel. Hal tersebut menggambarkan terdapat kesalahan dalam pola pikir mahasiswa terhadap pendidikan.

Mahasiswa selalu melahirkan pikiran-pikiran yang kritis dan demokratis. Suara merekalah yang sering mengangkat realita sosial yang terjadi di dalam/luar lingkungan mereka. Idealisme mahasiswa membawa banyak aspirasi untuk diajukan kepada penguasa dengan cara mereka sendiri.

Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa tercipta dari pikiran-pikiran kritis mereka. Tentunya demo yang mereka lakukan bertujuan untuk membela suara masyarakat, yang mana sudah menjadi kewajiban dari setiap mahasiswa.

Namun itu dulu, dan sekarang pemikiran kritis itu mulai hilang ditelan sikap apatis. Tak jarang jika ada salah satu mahasiswa yang berpikir kritis, maka akan menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Ideologi kampus yang meninggikan para dosen dan rektor juga seakan-akan membuat mahasiswa bungkam.

Kampuspun perlahan-lahan berubah menjadi pabrik manusia homogen (cara pikir yang sama) dalam menyukseskan indoktrinasi kampus. Pemikiran kritis tidak didengarkan, karena mahasiswa hanya perlu menjalankan kegiatan akademik kampus dengan benar. Improvisasi menjadi hal yang janggal dalam dunia perkuliahan.

Mahasiswa juga dituntut untuk unggul dalam bidang akademis, sehingga banyak dari mereka yang melupakan untuk mengembangkan bakat alaminya. Padahal tujuan kampus adalah menciptakan pemimpin di masa depan, bukan sebagai penyedia stok untuk kebutuhan pasar.

Dosen-dosen juga terlihat di-dewakan bagi mahasiswa, dengan kerap kali memberikan tugas yang cenderung di luar kemampuan seseorang. Jika ada salah satu muridnya yang melawan/menentang, maka dosen akan mengeluarkan senjata pamungkasnya, NILAI.

Entah nilai mahasiswa itu diturunkan atau lebih parahnya lagi dinyatakan tidak lulus dari mata kuliah itu. Lalu sebagian mahasiswa lain yang tidak melawan hanya bisa diam dan tunduk pada rezim dosen/kampus.

Pada akhirnya, mahasiswa akan bersifat kaku dan selalu siap diatur/didikte. Lebih parahnya lagi, berpikir kritis di kampus dianggap oposisi dan sering dikambing hitamkan.



Hilangnya sifat kritis dari mahasiswa juga disebabkan dari diri mereka sendiri. Mereka cenderung lebih bersifat apatis dan hedonis daripada berdiskusi dan menyuarakan hak. Tuntutan zaman juga tak dapat mengelakkan bahwa mahasiswa lebih suka terlihat glamor dan bersifat hedon.

Belum lagi banyak mahasiswa yang hanya “datang dan pergi” atau ingin cepat-cepat lulus dan mendapat pekerjaan tanpa peduli prosesnya. Padahal hal itu sudah tidak sesuai dengan prinsip “Agent of change”.

Tetapi kritis tak selamanya melawan, berdemo, atau menentang. Justru kritis seharusnya membuat kita lebih peka terhadap suatu peristiwa, tentang bagaimana kita harus bereaksi akan hal itu.

Banyak orang yang bilang bahwa demo mahasiswa selalu ditunggu oleh masyarakat, menggambarkan bahwa mahasiswa memiliki segudang pikiran kritis dan berani mengeluarkannya. Sudah sepantasnya mahasiswa untuk terjun ke tengah masyarakat dan menyuarakan hak-hak mereka.

Oleh sebab itu, mahasiswa harus mengubah pola pikir dan tingkah laku mereka. Mereka seharusnya melihat realita bangsa kita yang kerap kali mengalami kemerosotan di berbagai bidang. Jangan sampai kita larut dalam kemajuan zaman, tetapi perlu upaya untuk mengerti kembali peran awal mahasiswa bagi bangsa maupun kampus. Dan mahasiswa juga tidak boleh lupa akan prinsip-prinsip mereka bagi masyarakat. Jika semua hal itu dilakukan, maka tak menutup kemungkinan bahwa bangsa ini akan maju di tangan mahasiswa kelak.

No comments:

Post a Comment