LANGIT, JANGAN MARAH!
Oleh: Arjuna H T M
Tatkala sebelum surya tenggelamAku tunduk terdiam bertatapan dengan tanah
Sembari menikmati gemuruh
Menikmati rinai yang tak kunjung usai
Aku bahkan tak memikirkan apapun
Kecuali, angan angan "bila reda"
Sekilas,
Singgah di benakku
Suatu kejadian yang memaksaku untuk berimajinasi
Suatu ketika, Imajinasiku hilang setelah gemuruh menunjukkan kemarahannya
Aku tidak terlalu peduli
Mungkin,
Terlalu biasa menghadapi ancaman dan kekerasan
Kembali kupaksakan diriku berimajinasi
Imajinasi yang sama dengan beberapa detik yang lalu
Halilintar tampak jelas di atas sana
Tepat di hadapanku
Sempat aku terpikir,
Apakah langit benci?
Apakah awan marah?
Ataukah halilintar setuju, setuju dengan langit dan awan?
Sejenak,
Kuhentikan pemikiran konyolku
Kutunda Imajinasiku
Hitungan detik,
Aku tak lagi melihat rinai hujan sedikitpun
Awan gelap pergi
Langit menunjukkan diri
Apakah ada hubungannya denganku?
Seakan diriku salah berimajinasi
Padahal, Imajinasiku hanyalah wajah seorang wanita ciptaan sang Khalik
Esok,
Ketika aku mengulanginya
Apakah gemuruh akan marah lagi?
Rasa takut menghampiriku sore ini
Kabanjahe, 18 Maret 2020
No comments:
Post a Comment