Oleh : Arjuna H
T M
Menjadi
manusia berkualitas pasti akan sangat didambakan oleh setiap orang, apalagi berkualitas
dalam hal akademik. Salah satu cara untuk menjadi berkualitas adalah dengan banyak-banyak
belajar dan membaca buku.
Banyak hal yang dilakukan oleh setiap orang untuk mencapai
hal tersebut salah satunya adalah mengenyam pendidikan dari sekolah dasar hingga
memasuki perguruan tinggi. Namun tidak banyak juga yang mampu melanjutkan hingga
perguruan tinggi karena biaya yang dikeluarkannya tidak sedikit.
Perguruan
tinggi yang kebanyakan orang-orang menilainya sebagai tempat yang sangat pas
untuk mencari ilmu pengetahuan, seiring pergerakan waktu mulai menurun. Minset
orang-orang yang telah lama berkecimpung di dunia kampus akan sedikit demi
sedikit berubah tentang esensitas kampus itu sendiri, mengetahui dinamika kehidupan
di dalamnya yang kadang kala tidak linier dengan semestinya.
Jika dahulunya kampus
adalah tempat intelektual muda yang haus akan ilmu pengetahuan serta kaum muda
yang mempunyai segudang inovasi, hari ini mulai berbeda. Ada banyak kampus-kampus
di Indonesia baik swasta ataupun negeri mulai berubah haluan. Hari ini kemasan luarnya
sebuah kampus tetap pendidikan namun di dalamnya berisi tentang kehidupan tempat
berbisnis.
Apakah
kampus yang awalnya sebagai pusat kajian inteletual dan perlahan-lahan berubah menjadi
ladang bisnis dapat di ketahui, jawabnny aadalah iya. Anda dapat mengetahui itu semua melalui beberapa hal yakni:
Kampus Berbadan Hukum
?
kampus
dan berbagai dinamika di dalamnya tidak akan pernah terlepas dari sebuah permasalahan.
Apalagi akhir-akhir ini muncul istilah kapitalisasi pendidikan yang banyak di
perbincangkan. Pernahkah Anda mengetahui tentang kampus berbadan hukum atau PTN
BH? Mungkin segelintir pemikiran kita akan memaknai PTN BH sebagai suatu lembaga
yang mempunyai wewenang untuk mengelolah lembaga tersebut secara mandiri.
Dengan
begitu kampus yang mempunyai predikat PTN BH tersebut akan mencari pendapatan tambahan
sendiri, menambah gaji dosen dan sebagainya. Serta akan dengan leluasa menambahkan
biaya perkulihan sesuai keinginan kampus itu tersebut. Apakah itu layak? Selama fasilitas dan sarana prasarana dan kebutuhan
mahasiswanya terpenuhi dapat dikatakan layak.
Namun, jika fasilitas danp rasarana tetap seperti biasanya hal tersebut perlu
dipertimbangkan lagi. Awas, jangan-jangan
itu perusahaan.
Membuka Jurusan Pasaran
Fenomena
ini juga sering ditemui di sebagain atau berbagai perguruan tinggi. Salah satu
yang dapat di jadikan patokan adalah menambahkan kouta pada beberapa prodi yang
sangat banyak peminatnya. Jika demikian apa yang membedakan dengan perusahaan,
perusahaan akan selalu menambahkan stok barang yang sangat diminati oleh konsumen,
hal ini tidak etis jika di terapkan di kampus yang berada di Indonesia.
Idealnya
kampus ataupun perguruan tinggi baik swasta maupun negeri menyediakan dan menyiapkan
suatu fokus jurusan yang mempunyai nilai tinggi dalam meningkatkan SDM bangsa. Bukan
malah menyiapkan fokus jurusan yang banyak peminatnya namun sedikit peluang kesuksesan
di masa mendatang. Toh para mahasiswa
melanjutkan pendidikan di dunia pendidikan untuk menciptakan kualitas diri baik
di dunia kerja ataupun di tengah-tengah masyarakat.
Kurangnya Fasilitas Yang Dapat Menopang
Kesuksesan
Mungkin
Anda akan mengetahui dalam perguruan tinggi yang memiliki ketergantungan kepada
alat-alat untuk menopang kesuksesan mahasiswanya. Seperti halnya laboratorium bagi
mahasiwa yang sebagian aktifitas perkuliahannya adalah praktek dan penelitian. Seperti
jurusan biologi, fisika, kimia, kedokteran dan lain sebagainya. Kampus yang
memiliki fokus jurusan tersebut seharusnya memiliki laboratorium yang memadai jika
tidak ada pasti sertiap mahasiswanya akan menanyakan “kemanakah uang SPP
mahasiswa yang setiap semseternya selalu ditagih dengan nominan yang besar
pula?”
Jika
fenomena tersebut terjadi pada kampus Anda, cepatlah lakukan kajian mendalam serta
analisis yang tajam untuk mengatahui perputaran dana yang dihasilkan dari biasa
SPP mahasiswa, khawatir dana tersebut hanya diperuntukkan untuk menggaji para
dosen serta karyawan lainnya tanpa memperhatikan derita yang dialami mahasiswa
yang haus akan ilmu pengetahuan.
Dari
banyaknya fenomena yang terjadi hari ini, kehidupan kampus menjadi sangat mengkhawartirkan.
Pasalnya banyak kampus atau perguruan tinggi cenderung mementingkan kuantitas serta
citra dari kampus itu sendiri, bukan mementingkan kualitas para mahasiswanya
yang sudah bersusah payah mengumpulkan biaya untuk terus menuntut ilmu pengetahuan.
Awas jangan-jangan kampus yang demikian itu adalah model baru dari sebuah lembaga
perusahaan, yang hanya memperdulikan dunia perekonomian tanpa sedikitpun melirik
terhadap dunia literasi intelektual.
No comments:
Post a Comment