Mahasiswa Rentan Alami Puber Intelektual
Oleh : Arjuna H T M
Dewasa
ini banyak sekali kata yang dicampur adukkan, dengan makna baru dan mencerminkan
elastisitas zaman. Salah satunya kata puber. Meskipun kita tau puber artinya masa
peralihan dari remaja menuju dewasa awal, namun ternyata seiring
perkembangannya puber punya makna baru tapi jauh dari konsep biologis.
Yakni
puber intelektual dan puber spiritual. Meski kedua puber baru-baru ini ada dalam
dua konteks yang berbeda, namun tentang bagaimana puber yang dimaksud adalah sama,
yakni dialami dalam saat tertentu dengan penyebab yang sama pula.
Mari
kita bahas tentang puber intelektual yang biasanya dialami oleh para pelajar kita
khususnya mahasiswa. Seperti halnya puber usia, puber intelektual dialami dengan
cara unik dan terkesan transisi. Bedanya puber intelektual tidak memandang usia.
Bisa dialami oleh seseorang dengan umur berapapun.
Puber
intelektual ditandai dengan adanya seseorang yang dengan lantang menyerukan sesuatu
hal yang baru ia pelajari, merasa argumennya paling kokoh dan paling benar.
Serta akan jarang mendengarkan pihak lain yang tidak sepaham dengannya.
Fenomena
tersebut sangat cocok dikaitkan dengan mahasiswa, dimana mahasiswa akan belaga menjadi
salah satu tangan kanan bagi tokoh yang ia baca bukunya. Menyampaikan seluruh pemikiran
tokoh tersebut dalam seluruh kesempatan. Padahal mereka baru saja mengenal. Yah
baru saja mengenal tokoh-tokoh dengan pemikiran sukses seperti Marz, Tan
Malaka, Jean Paul Satre dan tokoh lainnya yang biasanya mahasiswa katakan sebagai
rujukan dari pembicaraannya.
Jadi
sampai sini puber intelektual terkesan berlebihan namun bukan berarti salah. Sama
sekali bukan suatu kesalahan tentang mereka yang menjadi ahli dalam ilmu pengetahuan
apalagi merujuk pada tokoh terkenal. Hanya saja, butuh pengawalan agar apa yang
mereka baca tidak mereka telan bulat-bulat dan menjadikan mereka thingking over load.
Pengawasan
dengan banyak cara memang diperlukan agar ada perisai untuk ego yang akan muncul
di dalam diri seorang mahasiswa. Pemikiran yang dikenal dengan deep thingking to view tanpa dibarengi pengawasan
akan menjadikan pribadi yang non respect
to all.
No comments:
Post a Comment