Mahasiswa dan Konten
Debat yang Tidak Penting
Oleh : Arjuna H T M
Berbicara mahasiswa maka
tidak akan lepas dari salah satu kemampuan yang sepertinya berstatus otomatis
disandang bahkan dari awal saat mendaftar di suatu perguruan tinggi manapun. Ya
debat, kemampuan tersebut memang sangat identik dengan identitas mahasiswa yang
terkenal harus menguasai banyak teori dan komunikatif dimanapun.
Mahasiswa dan Konten
Debat yang Tidak Penting sebenarnya bukan hanya suatu moment dimana ada satu
orang dengan satu orang lain membicarakan suatu masalah yang sama dengan cara
pandang yang bertolak belakang sama sekali dan tentu dengan hasil akhir yang
berbeda dari kedua sisi. Tetapi debat adalah suatu teknik atau metode
penyelesaian masalah dengan konsep looking
with all of side the problem.
Ini sebabnya debat
sering sekali dijadikan salah satu kejuaran lomba untuk civitas akademika,
mulai dari siswa tingkat menengah atas sampai mahasiswa segala jurusan. Tentu
menarik saat melihat orang-orang berpendidikan dan mempunyai referensi yang
kuat sedang membicarakan satu masalah dengan sudut pandang masing-masing dan
bahkan kadang menubruk teori satu dengan teori lain.
Lomba debat biasanya
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan berintegritas tinggi dan
mempunyai kecenderungan dalam penguasaan seputar aspek pendidikan. Atau bisa
pula lomba debat diadakan oleh instansi pemerintah atau yang bekerja sama
dengan pemerintah terkait riset dan perkembangan ilmu pengentahuan.
Lewat faktor itulah
mahasiswa dan debat khususnya debat ilmiah tidak bisa dipisahkan. Ketika sudah
memiliki gelar mahasiswa otomatis gelar pelajar yang pintar berdebat akan
tersemat di bahu anda tanpa anda minta. Dan tentu mahasiswa dan kemampuan ahli
debatnya berlaku untuk seluruh mahasiswa dalam jurusan apapun.
Sekedar informasi,
lembaga pemetintah yakni Kemenristek Dikti juga mendukung mahasiswa agar mampu
dan memiliki keahlian dalam berdebat. Bagi mereka, debat membantu mahasiswa
agar tetap berpikir kritis dan mampu menjadi teman diskusi yang baik bagi
pemerintah.
Kita tau bahwa debat
mampu melatih kemampuan komunikasi yang baik, meningkatkan kepercayaan diri dan
mengasah ingatan tentang banyak teori yang dipelajari. Sayangnya, dewasa ini
mahasiswa dan debatnya cenderung mengesampingkan nilai ilmiah yang terkandung
dalam debat tersebut.
Oknum mahasiswa lebih
mengedapankan tentang menunjukkan keagresifan mereka dalam melihat suatu
masalah yang kadang masalah yang dibahas bukan suatu hal urgent dan harus diperdebatkan. Sehingga yang tampak dipermukaan adalah
tipe mahasiswa agresif dalam berbicara dan menyanggah pembicaraan lawan
komunikasi.
Mahasiswa dan konten debat
yang tidak penting, bukan mahasiwa yang memiliki kemampuan dan wawasan luas
sebagai modal berdebat. Yang sebenarnya tidak bisa dilupakan yaitu debat juga
memiliki etika saat dilakukan. Sederhana namun akan berbeda hasil jika
dilakukan saat berdebat. Yakni sopan santun, mengucapkan terima kasih atas
pendapat lawan bicara, mengucapkan maaf jika memiliki referensi lain dan tidak
memotong pembicaraan lawan.
Sederhana, namun berefek
di akhir debat. Tetap akan bisa berkomunikasi dengan baik pada lawan debat, setelah
debat usai. Sayangnya poin tersebut telah banyak dilupakan oleh mahasiswa,
sehingga yang muncul adalah debat kusir dan pemecahan problem yang alot. Bahkan
bisa terjadi debat berjam-jam lamanya dengan suasana sesak tentang masalah yang
tidak perlu diperdebatkan sama sekali.
No comments:
Post a Comment