TEPI DANAU TOBA BERBUNGA SENJA
Oleh : Arjuna Herianto Tri Mayldo Munthe
Berdiri sendiri
di tepi Danau Toba menatap cahaya senja yang hendak tenggelam. Menyendiri
memang sudah kesenangan Cinta setiap sore di tepi danau itu.
Cinta memang sudah kelas 3 SMA yang kebetulan bersekolah di sekolah Favorit Kecamatan Sianjae. Hanya saja Cinta masih dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Suatu hal yang wajar karena Cinta adalah anak tunggalnya Pak Rianto.
Cinta memang sudah kelas 3 SMA yang kebetulan bersekolah di sekolah Favorit Kecamatan Sianjae. Hanya saja Cinta masih dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Suatu hal yang wajar karena Cinta adalah anak tunggalnya Pak Rianto.
Sebenarnya Cinta
sangat ingin pergi keluar kota, akan tetapi kedua orang tuanya menolak, dan
karena itulah salah satu alasan Pak Rianto. Sehingga apapun yang diminta oleh
Cinta langsung diberikan Pa Rianto. Agar Cinta betah tinggal di desa dan tidak
pergi merantau ke luar kota.
Pak Rianto bisa
saja memberikan apapun yang diminta oleh
putrid tunggalnya, Karena pak rianto bisa dikatakan pedagang yang sukses di
kecamatan sianjae.
“Hei.. Cin.
Sudah ku duga, ternyata benar di sini”. Ucap Ranes lembut dari sebelah kiri
Cinta berjarak sekitar 10 Meter.
“E..eh, Kau Ran.
Terkejut aku kau buat. Darimana kau?” Tanya Cinta sembari duduk santai di
bebatuan tepi danau, meluruskan kaki ke depan.
“Kenapa lagi
cin? Ada masalah baru?”
“Enggak kok,
santai”
“Yakiiin… Lagi
baik loh aku mau dengarin kau ngomong” Ranes senyum bercanda menunjukkan gigi
putihnya ke arah Cinta.
“Santaaai,
enggak ada apa apa, aku tau kok, kau memang sahabat satu satunya yang tiada
dua” Cinta tersenyum sembari berdiri. “Pulang yok, nanti aku di marahin lagi
kalau terlalu asik sama air yang tenang di depanku” lanjut Cinta menarik lengan
Ranes dan langsung melepasnya begitu saja.
“Iya… iya…”
Tangan kiri ranes mengambil batu kecil berbentuk jengkol sembari berdiri “Aku
ada sesuatu untukmu Cin” ketus
Ranes melanjutkan ucapannya.
“Apa?”
“Ini” Ranes
mengarahkan batu kecil yang baru saja dia ambil dan memberikannya pada Cinta
dengan mimik wajah yang serius.
“Maksudnya apa?
Ini… batu.. buatku?macam ngga pernah liat batu aja aku ya? Hihi” tawa kecil
Cinta nada mengeledek Ranes.
“Bukan gitu..
ini, ambil aja dulu” Ranes membuka kolapak tangan kanan Cinta dan meletakkannya
di tangan Cinta.
“Ha..?” Cinta
terdiam sejenak dengan wajah sangat heran ketika melihat wajah Ranes dengan
sangat serius, tetapi tetap memegang batu kecilnya.
Tepat di bawah
pohon mangga tua yang tidak jauh dari tepi Danau Toba tempat Cinta biasa
menikmati kesendiriannya. Jarah 100 meter dari pohon, Pak Rianto melihat putri
tunggalnya dan dua orang pemuda di bawah pohon mangga tua tersebut.
“Cinta…” Ranes
menatap tajam bola mata Cinta.
“Ia Ran,
maksudnya apa ini Ran? Aku bingung sebingung bingungnya, suwer” Cinta
mengangkat jari telunjuk dan jari tengah pada tangan kanannya terpisah.
Sehingga terlihat oleh Ranes batu kecil
itu masih digenggam oleh Cinta.
“Cin..
Seharusnya yang bingung itu adalah aku, bukan kau”
“Wah, kok gitu.
Kenapa?”
“Kau tau Cin?”
Ranes melihat jam tangan di tangan kirinya dan kembali menatap tajam bola mata
Cinta.
“Hari Sudah
malam, kalau kau lempar sekarang batu
ini ke danau sana, sejauh mungkin, sekuat tenagamu…” Ranes menunggu suara teman
akrabnya di kursus musik, yang memang
malam ini sudah direncanakan oleh mereka berdua sejak beberapa hari lalu.
“Akan kucari
sampai dapat dan sebesar itulah rasa cintaku padamu Cin” Sambung Mayldo dari
balik pohon mangga sedikit teriak.
“Itu dia yang
mau kusampaikan, dia bijak mencari kata kataku” Ranes memegang kedua bahu
temannya, Mayldo dan menariknya ke hadapan Cinta.
“Maaay may,
memangnya nggak ada yang lebih konyol daripada melempar batu? Hahaha” Cinta
tertawa melihat Mayldo yang keluar dari bali pohon mangga tua dengan penampilan
seperti seorang marhaen. Seorang petani bertopi bulat dengan cangkul kecil di
pundak.
“Kau pikir.. kau buat seperti ini, aku suka, gitu?” ucap Cinta nada kembut dengan wajah sinis melihat Mayldo.
“Kau pikir.. kau buat seperti ini, aku suka, gitu?” ucap Cinta nada kembut dengan wajah sinis melihat Mayldo.
Pada malam itu
sekitar pukul 19.02 Pak Rianto pulang ke rumah tanpa memanggil putri tunggalnya.
Pak Rianto sudah sangat percaya pada Ranes sahabat putrinya yang paling bisa
menjaga kepercayaan Pak Rianto sejak Ranes masih kecil. Sedangkan Ranes tengah
terdiam menghadap Danau Toba meski yang tampak hanyalah cahaya lampu lampu di
tepi danau yang jauh dari tempat mereka saat ini.
“Cinta..” Ketus
Mayldo.
Ucapan Mayldo sangat jelas terengar
karena hanya suara angin dan ombak yang megiringi.
“Apa..
Mau gombal kau? Ngga lau samaku, mau minta maaf? Ngga penting sama sekali” ujar
Cinta dengan wajah sinis.
“Ciiin..”
Ucap Ranes tanpa menoleh kea rah Cinta dan Mayldo di belakangnya. “Kasi aja dia
waktu buat bicara, setelah selesaibaru bisa kita buat kesimpulan”. Lanjut
Ranes.
“Cin…”.
Ucapan Mayldo langsung dipotong oleh
Cinta.
“Cin
cin cin… Kuciing? Sudahlah ngga usah capek capek supaya romanticlaaah, supaya
ginilaaah, liat itu bajumu, belum mandi aja udah dekatin cewe manis seperti
aku...”
“Wekk..
Manniiis, pahit euy” teriak Ranes dari jauh.
“Aku
mau ngomong dulu sebelum kau ngomong, boleh nggak?” tanya Cinta kepada Ranes
dengan nada sedikit lebih tinggi.
“Boleh
Cin.. ngga apa apa” balas Mayldo yang sudah merasa serba salah.
“Hampir
setiap sore aku kemari melihatmu, tapi kau yang kedua, bukan kau yang
sebenarnya”.
“Maksudmu
Cin?”
“Setiap
aku melamun di tepi itu” menunjuk tempat ia biasa duduk santai”. Aku melihatmu
karena aku merasa kehangatan. Aku sering bercerita , tapi karena kau yang kedua
, tidak bisa membalas ucapanku” lanjutnya.
“Maksudmu
gimana Cin? Kalau aku dengar, pastinya kujawab” wajah kebingungan ditambah
penasaran “Aku yang kedua? Siapa yang pertama, diakah yang kau sembunyikan
selama ini?” Nada penasaran Mayldo meningkat.
“Di
saat kau tidak ada di sini, aku duduk di
tepi danau menikmati senja sambil main air. Aku sering bercerita pada danau dan
bertanya di mana Mayldoku yang kucintai saat ini. Danau itu menjawab dengan
bayangan cahaya senja tepat di hadapanku”.
Mayldo
menghampiri Cinta dan memeluknya sembari menyatakan perasaannya kepada Cinta.
“Cin.. Aku mencintaimu” ujar Mayldo tanpa melepas pelukannya.
Sejak
saat itu, setiap aku rindu kepada Ranesku, Aku pergi ke tepi danau itu sebagai
pelepas rinduku padamu, terimakasih pria tampan”.
Malam
itu malam yang menyedihkan , karena aku harus mengeluarkan air mata. Malam itu
malam yang memalukan, Karena air mataku keluar di hadapan pria tampan. Malam
yang hangat dan malam yang membuat dunia ini serasa milikku bersama Ranes.
Terimakasih. Danau Toba Berbunga Senja.
~ S E L E S A I ~
No comments:
Post a Comment